Pages

Wednesday, October 10, 2018

HEADLINE: Peringatan untuk Palu, Agar Tragedi Gempa Tak Kembali Berulang

Liputan6.com, Jakarta - Kedatangan sosok Winnie the Pooh menerbitkan senyum di bibir sejumlah bocah korban bencana akibat gempa magnitudo 7,4 di Palu. Mereka terlihat gemas dan berebut memeluk boneka beruang madu itu.

"Saya kasihan pada mereka. Jangan sampai bocah-bocah itu trauma," kata Erna, relawan yang rela menyetir selama 3 jam demi mendatangkan Winnie the Pooh ke Palu, seperti dikutip dari manilastandard.net.

Sejumlah relawan mengatakan, banyak bocah yang trauma dan tertekan akibat bencana mengerikan yang mereka saksikan. Banyak yang jadi yatim, piatu, atau bahkan keduanya akibat bangunan runtuh dan gelombang tinggi yang menghantam kota.

"Bermain adalah bagian yang sangat penting dari kesehatan dan kesejahteraan psikologis anak," kata David Bloomer dari Save the Children.

"Hal itu memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan kembali sensasi normal di dunia yang sama sekali berubah di sekitar mereka."

Usai gempa dan tsunami pada 28 September, Palu dan sekitarnya tak akan pernah sama. 

Hingga kini, kondisi warga Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah masih jauh dari pulih. Badan Nasional Penanggungulangan Bencana (BNPB) bahkan, menilai tanggap darurat belum lagi selesai.

BNPB berkaca pada kondisi terkini di Sulteng. Warga masih takut untuk tinggal di dalam rumah karena gempa susulan tak kunjung berhenti. Selasa 9 Oktober 2018, lindu bermagnitudo 5,1 kembali membuat warga ketakutan.

Hal itu berdampak pada masih tingginya angka pengungsi yang tinggal di tenda-tenda. Menurut data mutakhir BNPB, jumlah pengungsi saat ini yang tetap bertahan di lapangan mencapai 74 ribu orang.

Atas dasar itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei menyatakan bahwa masa tanggap darurat bencana di Sulawesi Tengah kemungkinan besar akan diperpanjang selama 14 hari ke depan.

"Masa tanggap darurat ini yang berhak untuk memperpanjang adalah daerah, tapi atas supervisi BNPB," jelas Willem di Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Rabu (10/10/2018).

Willem mengatakan, BNPB sedang menilai situasi di lapangan. Bila masih ada banyak hal yang belum terselesaikan, maka perlu dilakukan upaya-upaya kedaruratan dan perpanjangan.

Ada lima sektor yang akan ditangani melalui perbaikan darurat, di antaranya perumahan atau permukiman, infrastruktur, fasilitas umum atau sosial seperti sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, kemudian sektor ekonomi, dan lintas sektor bangunan-bangunan milik pemerintah yang rusak.

"Selama dalam keadaan darurat itu kita melakukan perbaikan-perbaikan darurat, contoh seperti rumah sakit provinsi, itu kalau dilihat secara fisik rusaknya ringan sehingga harus diperbaiki segera," jelas Willem.

Untung saja, dana yang tersedia cukup lumayan untuk penanganan di masa tanggap darurat. Sejak awal, pemerintah melalui Menteri Keuangan sudah mencairkan dana Rp 560 miliar, dengan janji dana tambahan senilai Rp 500 miliar lagi.

Di luar itu, terdapat pula bantuan yang diserahkan langsung oleh para donatur atau yang dikumpulkan sejumlah yayasan sosial. Sulit memang untuk menghitung jumlah bantuan ini karena tidak melalui pemerintah, namun jumlahnya diperkirakan cukup besar.

Selain donatur Tanah Air, bantuan juga mengalir dari sosok orang kaya dunia. Sosok yang populer disebut crazy rich dan super crazy rich sedunia itu mengaku turut berempati atas apa yang dialami warga Palu dan Donggala.

Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, misalnya, mengulurkan bantuan kepada Palang Merah Indonesia (PMI). Zuckerberg mengatakan berdoa agar Sulteng dan Indonesia bisa bangkit dari dampak bencana. Donasi senilai Rp 15 miliar pun dia sumbangkan.

"Kami ikut memikirkan masyarakat Indonesia yang berusaha pulih dari gempa bumi dan tsunami yang mematikan baru-baru ini. Sebagai bantuan, Facebook menyumbangkan 1 juta dolar AS kepada Palang Merah Indonesia," tulis Zuckerberg, Kamis 4 Oktober 2018.

Sehari sebelumnya, Kepala Eksekutif Apple, Tim Cook juga menyatakan duka mendalam kepada para korban bencana tersebut melalui akun Twitter-nya.

"Doa kami untuk warga di Sulawesi dan semua warga Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami yang begitu merusak. Apple menyumbangkan US$ 1 juta untuk upaya pemulihan bencana dan membantu negara indah tersebu membangun kembali," ujar bos Apple tersebut seperti dikutip Rabu 3 Oktober 2018.

Langkah serupa diikuti CEO Google, Sundar Pichai. Dia menyumbang US$ 1 juta atau sekitar Rp 15 miliar untuk korban bencana gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Adapun bantuan itu akan disalurkan melalui Google.org yang memang berfokus pada filantropi.

"Kami berbelangsungkawa mendalam atas gempa dan tsunami di Indonesia. @googleorg dan Googlers (pengguna Google) menyumbang $ 1M untuk mendukung upaya bantuan, dan kami mengaktivasi SOS Alerts untuk menyediakan emergency bagi mereka yang terdampak," kata Sundar Pichai dalam akun Twitter, Rabu 3 Oktober 2018.

Tak hanya trio CEO tersebut, Ratu Inggris Elizabeth II juga menyumbang sejumlah dana untuk korban bencana Sulteng. Istana Buckingham memastikan bantuan tersebut melalui Komite Kedaruratan Bencana (DEC) untuk membantu korban selamat.

Namun, tidak diketahui berapa besaran jumlah bantuan Ratu Elizabeth, meski hingga kini Komite tersebut telah berhasil menghimpun dana hingga 8 juta poundsterling atau setara dengan Rp 159 miliar.

Dari Asia, Li Ka-shing, orang paling kaya di Hong Kong, baru-baru ini juga mendonasikan dana sebesar US$ 5 juta atau setara Rp 75 miliar utuk membantu korban gempa dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Bantuan itu dia salurkan melalui CK Hutchison Holdings dengan jumlah $ 2 juta dan Li Ka Shing Foundation sebanyak $ 3 juta yang diberikan lewat Sustainable Development Goal (SDG) Indonesia One.

Di luar bantuan yang bersifat pribadi itu, dana yang tak kalah besar juga datang dari berbagai negara. Menurut Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, hingga kini total komitmen bantuan asing untuk gempa Palu dan Donggala berasal dari 25 negara sahabat dengan nilai sekitar Rp 220 miliar.

"Ada yang sudah merealisasikan, ada juga yang masih berbentuk pledge (janji)," kata Fachri, akhir pekan lalu.

Kemenlu juga mencatat, negara yang telah memberikan bantuan dalam bentuk uang di antaranya Cina US$ 200 ribu, Korea Selatan US$ 1 juta, Uni Eropa 1,5 juta euro, Venezuela US$ 10 juta (pledge). Lantas Vietnam US$ 100 ribu (pledge), Laos US$ 100 ribu, dan Kamboja US$ 200 ribu, Jerman 1,5 juta euro, dan Australia 500 ribu dolar Australia.

Adapun dari 25 negara, ada 18 yang sudah tercatat merealisasikan bantuannya. Negara tersebut adalah Korea, Jepang, Swiss, Singapura, Cina, Qatar, Turki, India, Spanyol, Vietnam, Malaysia. Selanjutnya, Inggris, Selandia Baru, Australia, Rusia, Pakistan, Denmark, dan Amerika Serikat.

Tentu saja, semua dana itu tak hanya dibutuhkan pada masa tanggap darurat, melainkan juga untuk relokasi dan rekonstruksi. Tahap ini sebenarnya tak kalah berat dibandingkan tanggap darurat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Let's block ads! (Why?)


October 11, 2018 at 12:07AM
via Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2A32wPn
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Frss&max=3, then Send me an email


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT

No comments:

Post a Comment