Setelah dihitung, dari hasil mengamen malam itu terkumpul bantuan sejumlah Rp 3.170.700. Seluruh dana yang terkumpul bakal diprioritaskan kepada filmmaker yang menjadi korban gempa Palu, korban anak-anak Sikola Pomore di Sirenja Donggala.
Di luar itu, rencananya bantuan donasi yang terkumpul dari seluruh Indonesia ini juga bakal disalurkan ke Posko Forum Sudut Pandang yang akan menyediakan bantuan sandang dan pangan kepada korban masyarakat kota Palu yang jarang tersentuh bantuan.
Goncangan gempa bumi yang lantas disusul tsunami memporakporandakan Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah memicu keprihatinan berbagai pihak. Hingga saat ini, berbagai elemen masyarakat masih mengumpulkan donasi untuk korban gempa.
Salah satunya adalah madrasah diniyah di Banyumas, Jawa Tengah. Mereka tak segan mengumpukan sedikit demi sedikit donasi dari para santri.
Padahal, madrasah diniyah di Banyumas sendiri minim perhatian pemerintah. Di sisi lain, orangtua santri pun kebanyakan bukan lah kalangan berada.
Namun, empati dan semangat untuk berbagi dengan korban gempa Palu membuat guru dan santri madrasah mengesampingkan segala keterbatasan. Mereka mengimbau agar santri menyisihkan uang jajannya untuk bersedekah untuk korban gempa Palu.
Salah satunya di Madrasah Diniyah Miftahul Huda I Cingebul Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Pengumpulan dana dilakukan dua hari untuk melatih santri menyisihkan rezekinya hari itu untuk membantu sesama.
Selama dua hari pengumpulan dana, mereka berhasil menghimpun sebanyak Rp 573 ribu. Rinciannya, hari pertama madrasah menghimpun Rp 267 ribu. Adapun di hari kedua, para santri berhasil membukukan Rp 306 ribu.
"Bantuan diserahkan melalui PAC Fatayat Lumbir kemudian PCF Banyumas dan PWF Jateng, kemudian langsung ke Palu dan Donggala," ucap Roikhatul Jannah, guru Madrasah Diniyah Miftahul Huda I Cingebul.
Simak video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment