Sedekah laut dinilai cukup efektif meningkatkan pendapatan asli daerah. Tahun ini PAD sektor pariwisata ditarget Rp 2,6 miliar dan telah terpenuhi sekitar 93 persen. Sisa waktu 3 bulan, menurut Murniyah, cukup untuk menutup target tersebut. Pegiat pelestari budaya yang juga Pengurus Majelis Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Cilacap, Kuswanto Haryanto menilai para penolak larung atau sedekah laut tak memahami filosofi larungan sesaji. Menurut dia, sedekah laut adalah ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan rizki sepanjang tahun dan doa-doa agar nelayan dan masyarakat diberkahi dengan keselamatan di masa mendatang. Dia menjelaskan, adat kebiasaan nelayan ini juga mengandung filosofi luhur. Larung kepala kerbau dalam sedekah laut misalnya, adalah simbol membuang kebodohan dan sifat-sifat kebinatangan, agar manusia menjadi manusia seutuhnya. Filosofi yang terkandung dalam larung ini lah yang menurut dia patut dipertahankan. Selain itu, adat tradisi ini pun telah menjadi bagian dari budaya masyarakat nelayan Cilacap dan berbagai daerah lainnya. Dia mengaku prihatin ada sekelompok orang yang memasang spanduk provokatif bernada menolak sedekah laut, meski belakangan spanduk itu dicopot setelah muncul protes keras dari berbagai ormas dan elemen masyarakat lainnya. Sebab, Indonesia adalah bangsa yang beragam, dengan suku dan adat tradisi bermacam-macam. "Itu kan bersumber pada ketidaktahuan mereka sebetulnya, menurut mereka. Itu kan hanya simbol, bahwa kita itu kan melarung itu kan menghanyutkan sifat-sifat kebodohan kita, kepala kerbau itu. Sifat-sifat kebodohan kita, sifat-sifat kebinatangan kita dilarung, dihanyutkan," dia menjelaskan. Let's block ads! (Why?) October 15, 2018 at 10:01AM via Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2q0w7Dn |
No comments:
Post a Comment