Sebelumnya, The International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global. Ini dipicu kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketegangan perang dagang.
IMF menyatakan ekonomi global akan tumbuh 3,7 persen pada 2018. Prediksi sama ini pada 2018, tetapi turun dari perkiraan Juli 2018 di kisaran 3,9 persen.
IMF memangkas prospek untuk 19 negara yang menggunakan euro dan Eropa Tengah dan Timur, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika sub-sahara. Laporan itu dirilis di tengah pertemuan IMF-World Bank di Bali pada 12-14 Oktober 2018.
IMF mengharapkan ekonomi AS tumbuh 2,9 persen pada 2018. Pertumbuhan ekonomi tersebut tercepat sejak 2005 dan tidak berubah pada prediksi Juli. Demikian mengutip laman VOA, Selasa 9 Oktober 2018.
Akan tetapi, ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi melambat menjadi 2,5 persen pada 2019. Ini meredanya efek pemangkasan pajak dan perang dagang antara AS dan China.
Bank sentral AS atau the Federal Reserve telah menaikkan suku bunga acua sebanyak tiga kali pada 2018. Ini karena ekonomi AS makin kuat usai berakhirnya resesi.
IMF pun tetap pertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi di posisi 6,6 persen pada 2018. Ini seiring dampak tarif impor oleh AS terhadap China. Pada 2019, IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi China jadi 6,2 persen. Angka itu menjadi pertumbuhan paling lambat sejak 1990.
AS dan China merupakan negara dengan dua ekonomi terbesar di dunia bertarung atas upaya agresif China untuk menantang dominasi teknologi China. AS menuduh China menggunakan taktik pemangsa dan memaksa perusahaan asing untuk menyerahkan rahasia perdagangan dengan imbalan akses ke pasar China.
Prospek untuk perdagangan global secara keseluruhan juga curam. IMF mengharapkan perdagangan global tumbuh 4,2 persen pada 2018. Angka ini susut dari posisi 5,2 persen pada 2018 dan 4,8 persen pada prediksi Juli.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment