Jakarta, CNN Indonesia -- Penandatanganan kerja sama investasi dan pembiayaan dengan investor dan lembaga keuangan di sela-sela agenda tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-World Bank) 2018 membawa berkah bagi emiten berbasis infrastruktur dan tol. Penambahan modal dari investor baru bakal membawa dampak positif terhadap arus kas emiten infrastruktur, sehingga berpotensi mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. Sebanyak 15 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperoleh pendanaan untuk 19 proyek infrastruktur. Namun, hanya empat BUMN di antaranya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan penandatanganan investasi sebesar US$13,5 miliar atau sekitar Rp202 triliun mempengaruhi kinerja saham emiten konstruksi untuk jangka pendek. setidaknya dalam sepekan. Dari empat emiten yang meneken kesepakatan, hanya dua emiten yang berasal dari sektor konstruksi yaitu, Jasa Marga dan Wijaya Karya. "Saya pikir sentimennya positif untuk Wijaya Karya, tapi tidak signifikan seperti Jasa Marga," ucap William kepada CNNIndonesia.com, Senin (15/10).Hal ini karena jumlah proyek kerja sama yang diteken oleh Jasa Marga lebih banyak dibanding Wijaya Karya. Bila dilihat, Jasa Marga menandatangani kerja sama untuk dua proyek dengan total nilai US$336 juta, sedangkan Wijaya Karya hanya memperolej pendanaan untuk satu proyek senilai US$198 juta. Lebih rinci lagi, Jasa Marga akan mendapat dana segar dari penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastruktur (KIK-DINFRA) yang dilakukan oleh PT Mandiri Sekuritas sebesar US$112 juta. Jasa Marga juga akan mendapatkan dana sebesar US$224 juta dari penerbitan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) yang diterbitkan oleh Mandiri Sekuritas. Sementara itu, Wijaya Karya bekerja sama dengan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan Menjangan Group. Wijaya Karya akan membangun proyek wisata di kawasan wisata milik Menjangan Group di Bali Utara dengan luas 100 hektare (ha). "Jumlah investasi yang didapat Jasa Marga lebih banyak dan ada produk terbaru DINFRA dari Jasa Marga," tutur William. Terkait harga sahamnya sendiri, kedua emiten tersebut berakhir di zona hijau pada akhir pekan lalu, Jumat (12/10). Saham Jasa Marga menanjak 1,16 persen ke level Rp4.360 per saham dan Wijaya Karya menanjak 1,57 persen ke level Rp1.290 per saham.Untuk sepekan ini, William memproyeksi harga saham Wijaya Karya bergerak ke level Rp1.500 per saham. Lalu, saham Jasa Marga ditargetkan mencapai level Rp4.500 per saham. Sependapat, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama memprediksi dana segar yang diraih Wijaya Karya dan Jasa Marga akan menguatkan saham keduanya dalam jangka menengah dan panjang. Pasalnya, perjanjian kerja sama akan menambah kontrak baru untuk perusahaan. "Kontrak pembangunan infrastruktur tentunya akan memberikan efek positif terhadap meningkatnya kinerja fundamental emiten," tutur Nafan. Ilustrasi jalan tol yang dikelola PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra). | Dari sisi fundamental, laporan kinerja keuangan kedua emiten dinilai positif sepanjang semester I 2018. Hal itu terlihat dari peningkatan pendapatan dan laba bersih perusahaan.Pendapatan bersih Wijaya Karya misalnya, naik 36,81 persen menjadi Rp12,97 triliun dari posisi semester I 2017 yang hanya Rp9,48 triliun. Sehingga, laba bersih perusahaan pun terkerek 30 persen dari Rp486,52 miliar menjadi Rp632,52 miliar. Kenaikan omzet Jasa Marga bahkan lebih tinggi, yakni 42,55 persen menjadi Rp18,66 triliun pada semester I 2018 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp13,09 triliun. Kendati begitu, laba bersih Jasa Marga hanya naik tipis 2,97 persen dari Rp1,01 triliun menjadi Rp1,04 triliun. Dalam kesempatan tersebut, Nafan mengingatkan pelaku pasar untuk memperhatikan waktu penyelesaian proyek perusahaan. Pasalnya, pencairan dana akan bergantung pada kinerja proyek tersebut."Hal yang harus diperhatikan untuk emiten konstruksi berupa penyelesaian proyek kontrak yang tepat waktu karena mempengaruhi pencairan proyek," jelas Nafan. Dalam jangka panjang, Nafan meramalkan saham Wijaya Karya bisa mencapai Rp2.220 per saham. Kemudian, pergerakan saham Jasa Marga bisa menyentuh Rp5.500 per saham. (aud/lav) Let's block ads! (Why?) October 15, 2018 at 04:03PM via CNN Indonesia https://ift.tt/2QKVzYw |
No comments:
Post a Comment