Dengan kondisi ini, ada banyak kerugian yang dialami Bali. Yang pertama keuntungan bagi Bali, tidak ada. Kasarnya Bali hanya dapat sampahnya. Kemudian karena pola tur seperti ini, seperti ada permainan–permainan mafia. Wisatawan juga merasa seperti ditipu. Mereka ke Bali, namun tidak tahu Bali. Bagi mereka Bali itu tidak menarik, mereka tidak akan kembali lagi.
"Bali itu bagi mereka isinya hanya toko–toko yang jual latex karena Indonesia penghasil karet," imbuh Elsye.
Sekretaris Bali Liang, Herman, juga sependapat, menurutnya pola permainan lainya terkait Tiongkok adalah masalah ilegal dan legal. Yang terjadi saat ini, sangat banyak adalah guide ilegal, kemudian travel agen ilegal, fotografer prewed di Bali menggunakan visa wisata namun bekerja, termasuk juga toko–toko jaringan yang mensubsidi wisatawan murah itu, juga banyak warga Negara Tiongkok yang tidak memegang visa kerja.
"Ini yang harus dituntaskan oleh pemerintah. Mesti dipastikan mana legal mana ilegal," ungkap herman.
Ini akan sangat merugikan Bali ke depan. Bahkan Bali yang begitu hebat di mata dunia, menjadi sangat tidak menarik bagi wisatawan Tiongkok yang merasakan permainan ini. Fenomena ini juga terjadi di Thailand dan Vietnam, namun saat ini pemerintah negara tersebut sudah mulai tegas dan melakukan perbaikan–perbaikan.
"Jika tidak membawa uang sekitar Rp 5 juta, dalam rekening tidak diberikan masuk Thailand untuk wisatawan Tiongkok" urainya.
Sedangkan menurut Herry Sudiarto, Ketua Komite Tiongkok DPP Asita, perlu ada ketegasan pemerintah, sebelum semakin parah praktik- praktik yang terjadi di dunia pariwisata Bali khususnya terkait pangsa Tiongkok.
"Pemerintah mesti berani tegas, untuk bisa Bali lebih bagus. Jika dibiarkan seperti ini jelas, akan semakin parah ke depannya. Mesti dibuatkan regulasi yang kuat, untuk bisa melindungi yang legal dan menertibkan yang ilegal," harap Herry.
"Menjadi sangat aneh ketika kita di Indonesia mau ke Tiongkok, paling murah tiket, hotel dan makan habis sekitar Rp 20 juta. Berbanding Rp 600 ribu," pungkas Herry.
Simak juga video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment