Sementara itu, bocornya surat perintah penangkapan kepada kelompok sayap kanan disebut meningkatkan kecurigaan meluas tentang hubungan antara polisi Jerman dan demonstran xenofobia (anti-imigran). Pihak berwenang telah mengkonfirmasi laporan kebocoran setelah surat perintah penangkapan --yang berisi nama lengkap tersangka utama dalam pembunuhan seorang pria berusia 35 tahun, yang memicu protes anti-imigran di kota Chemnitz-- diunggah ke media sosial oleh Lutz Bachmann, anggota pendiri kelompok sayap kanan, Pegida. Dikutip dari The Guardian, bocoran surat penangkapan itu merujuk pada seorang pria asal Iral berusia 22 tahun, yang namanya disamarkan. Polisi di Chemnitz dikabarkan kewalahan mengatasi kerusuhan karena tidak cukup siap terhadap aksi protes balasan oleh sayap kanan pada Minggu 26 Agustus, menyusul penusukan terhadap Daniel H --warga negara Jerman-- yang nama keluarganya belum dirilis ke publik. Keputusan penundaan tersebut adalah untuk menghindari ledakan protes lebih besar, di mana penelusuran terhadap nama keluarga bisa menguak asal-usul korban penusukan, yang diyakini kuat mengandung sentimen terhadap isu xenofobia. Demonstrasi besar-besaran selama selama dua hari di bulan Agustus itu diikuti oleh sekitar 6.000 orang, termasuk di dalamnya 1.500 orang pro-sayap kanan yang anti-imigran, dengan dengan cepat berubah menjadi aksi kekerasan yang tidak terkendali. Banyak pihak sayap kanan Jerman memburu orang-orang asing di jalanan, seraya beberapa di antaranya berteriak: "Untuk setiap orang Jerman yang gugur, orang asing harus enyah!" Teriakan yang terkesan patriotik itu disebut mengingatkan pada adegan semitisme di era NAZI. Let's block ads! (Why?) October 15, 2018 at 11:03AM via Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2yE8UKR |
No comments:
Post a Comment